Kualitas Tidur Atlet: Hubungan Latihan Intensitas Tinggi dan Restorasi Tubuh

Dalam dunia olahraga kompetitif, fokus sering kali tertuju pada program latihan dan nutrisi, padahal faktor yang sama pentingnya, yaitu pemulihan, sering terabaikan. Inti dari pemulihan yang efektif adalah tidur. Kualitas Tidur Atlet memegang peranan vital dalam menentukan performa, pencegahan cedera, dan adaptasi tubuh terhadap beban latihan intensitas tinggi. Kualitas Tidur Atlet yang buruk dapat secara drastis menghambat sintesis protein, memperlambat perbaikan jaringan otot, dan menurunkan fungsi kognitif. Oleh karena itu, bagi atlet yang menjalani jadwal latihan ketat, mengoptimalkan Kualitas Tidur Atlet bukan lagi pilihan, melainkan sebuah komponen wajib dari program latihan.

Hubungan antara latihan intensitas tinggi dan tidur adalah dua arah. Latihan berat memicu kerusakan mikro pada serat otot, yang merupakan sinyal bagi tubuh untuk memulai proses restorasi. Proses pemulihan yang paling penting ini terjadi selama tidur, khususnya dalam fase tidur gelombang lambat (Slow-Wave Sleep atau SWS) dan tidur REM (Rapid Eye Movement). Selama SWS, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia (hGH) dalam jumlah puncak. Hormon ini esensial untuk perbaikan jaringan, regenerasi sel, dan adaptasi otot. Kegagalan mencapai SWS yang memadai akibat buruknya Kualitas Tidur Atlet secara langsung akan menghambat hipertrofi otot dan memperlambat pemulihan.

Namun, latihan intensitas tinggi juga dapat mengganggu tidur. Peningkatan suhu tubuh dan aktivasi sistem saraf simpatik (respons fight-or-flight) pasca-latihan yang terlalu dekat dengan waktu tidur dapat menyulitkan atlet untuk rileks. Oleh karena itu, ahli ilmu olahraga menyarankan atlet untuk menyelesaikan latihan intensitas tinggi setidaknya 3 hingga 4 jam sebelum waktu tidur, idealnya sebelum pukul 19.00 WIB, untuk memberi waktu suhu tubuh kembali normal.

Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Institut Ilmu Kedokteran Olahraga Nasional pada 11 Oktober 2025, atlet yang tidur kurang dari 7 jam per malam menunjukkan peningkatan risiko cedera 1,7 kali lipat dibandingkan atlet yang tidur 9 jam atau lebih. Untuk mengoptimalkan Kualitas Tidur Atlet, lingkungan tidur harus dijaga gelap, sejuk (ideal 18∘C–20∘C), dan tenang. Selain itu, power nap singkat selama 20 hingga 30 menit di siang hari, misalnya pada pukul 13.00 WIB, dapat menjadi jembatan penting untuk mengatasi defisit tidur akumulatif dan membantu restorasi kognitif.